Tulisan ini dikutip dari Tesis Ir Ciputra dengan judul lengkap "Visio-Entrepreneurship Driven Property Development For The People".

Puji dan syukur kehadirat Tuhan pencipta langit dan bumi yang telah menganugerahkan kehidupan kepada kita semua. Hanya dengan anugerah Nya saya dalam usia hampir 77 tahun ini masih sanggup berdiri di hadapan saudara sekalian untuk menerima Gelar Doktor Kehormatan Bidang IlmuTeknik yang diberikan Universitas Tarumanagara, Universitas yang sangat saya cintai.
Secara khusus mari kita bersyukur Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dariNyalah kita mendapatkan visi, kreastifitas, inovasi, pengetahuan, keterampilan, determinasi, dan kemampuan kerja keras untuk merealisasikan mimpi-mimpi kita untuk menjadi kenyataan dan bisa di nikmati oleh masyarakat Indonesia secara khusus dan kemanusiaan pada umumnya.
Hadirin yang saya muliakan,
Hari ini, di mimbar yang terhormat ini, ijinkan saya berbagi pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang Entrepreneur yang visioner dalam Pengembangan Properti yang telah melewati banyak kesuksesan tetapi tidak sedikit kegagalan. Biarlah kegagalan ini bisa menjadi pelajaran dan inspirasi bagi saudara sekalian untuk terus menerus memberikan produk dan jasa yang lebih baik lagi sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Saya adalah orang biasa yang dianugerahi Tuhan banyak visi yang terus saya impikan untuk saya capai. Visi itu terus saya impikan sampai begitu jelas tergambar dalam pikiran saya. Seringkli begitu indahnya impian itu sehingga sangat sulit untuk digambarkan dengan kata-kata.
Dengan imajinasi kreatif, mimpi-mimpi tadi tertuang dalam banyaknya master plan pengembangan properti dimana saya terlibat didalamnya. Saya sadar bahwa kreativitas logis dan artistik yang saya miliki sangat terpupuk ketika saya belajar di Jurusan Arsitektur Institut teknologi Bandung(ITB).
Saya lahir di Parigi, sebuah kota kecil di Sulawesi Tengah, hampir 77 tahun yang lalu. Ayah saya Tjie Sim Poe, dan ibu saya , Lie Eng Nio, adalah seorang pedagang kelontong kecil di kota itu. Ketika saya berusia 12 tahun, ayah saya meninggal di penjara penjajahan Jepang yang kejam yang sampai saat ini tidak diketahui dimana dikuburnya. Ayah saya ditangkap karena dituduh sebagai mata-mata belanda namun tuduhan tersebut tidak terbukti sampai akhir hayatnya. Kehidupan sulit yang kami alami saat itu membuat saya berkeputusan untuk menjadi seorang insinyur arsitek yang dapat mengatasi kemiskinan dan kemelaratan.
Kehidupan masa kecil saya yang penuh dengan badai gelombang bersama ibu saya sebagai orang tua tunggal meniggalkan pelajaran yang sangat berharga yang akhirnya membuat saya paham bagaimana mengelola kegagalan untuk menacapai kesuksesan. Kesuksesan yang bukan saja dalam arti kekayaan, kekuasaan dan popularitas, melainkan kesuksesan dalam melewati bebagai badai kehidupan.
Kehidupan saat itu membentuk saya untuk menghargai kehidupan lebih daari sekedar kesulitan yang dirasakan di dalamnya. Kerja keras adalah sebuah fakta sehari-hari kehidupan kami. Memburu binatang hutan dengan tombak dan 17 ekor anjing sehingga dagingnya bisa dimakan dan dijual untuk mendukung kehidupan keluarga adalah pekerjaan saya. jarak 7 km rumah-sekolah harus ditempuh dengan berjalan dengan kaki telanjang di pagi buta ketika berangkat dan di siang hari waktu pulang dengan perut kosong.
Dari Ibunda yang sangat cintai saya belajar tentamg kerja keras, itegritas, persistensi dan determinasi dalam hidup. Ayah dan ibu saya adalah pedagang kecil yang sangat menghargai pelanggan. Excellence dalam servicenya terwujud dalam bagaimana caranya mereka memuaskan pelanggan. Dari orang yang melahirkan saya ini, untuk sungguh menghargai waktu. Darinyalah juga saya belajar bagaimana menurunkan jiwa entrepreneur sejati. Terima kasih kepada TUHAN yang telah membantu saya untuk menjadikan pengalaman kehidupan ini menjadi educative experience yang berharga. Dalam situasi yang demikian, saya mengambil keputusan untuk menjadi seorang yang bernilai dan berarti bagi orang lain.
Ketika masih menjadi mahasisawa, saudar-saudara Ismael sofian, Budi Brasali dan saya mendirikan Biro Arsitek Daya Tjipta yang sekarang dikenal sebagai PT Perentjana Djaya. Namun demikian saya merasa tidak puas dan kadang-kadang putus asa dengan hanya menjadi perusahaan konsultan, karena sebagai konsultan kami hanya mengajarkan yang diberi oleh pihak yang memerlukan jasa kami. Dengan kata lain kami menunggu pekerjaan dari orang lain. Di samping itu saya sadar bahwa dengan demikian kami tidak sanggup membangun kekayaan atau "wealth" dalam arti yang luas.
Karena itu saya berkeputusan untuk merubah haluan agar dapat mewujudkan cita-cita saya menjadi arsitek yang juga berguna bagi orang lain. Saya harus menjadi arsitek yang berjiwa entrepreneurial. Hasrat inilah yang akhirnya membawa keputusan saya untuk mendirikan PT Pembangunan Jaya. Bukan lagi pasif menunggu pekerjaan tetapi aktif menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Inilah hal mendasar yang saya rindukan dan usahakan dalam hidup saya. Keputusan menjadi pengembang tetap saya pegang sampai saat ini. Saya sampaikan bahwa saya memulai karir entrepreneur dengan menjadi pengembang, perusahaan-perusahaan saya menjadi besar melalui usaha bisnis pengembang, saya juga berhasil melalui masa krisis ekonomi sebagai seorang pengembang oleh karena itu saya akan tetap jadi seorang pengembang di dalam maupun di luar negeri.
Pembangunan properti yang dilakukan bukan ditunjukan hanya untuk kepentingan sepihak si pembangun tetapi didorong oleh hasrat agar dapat meningkatkan nilai, harkat dan martabat orang banyak. Dalam perjalanan hidup saya, saya terlibat dalam mendirikan kelompok-kelompok pengembang yang saat ini menjadi kelompok pengembang properti yang sangat diperhitungkan keberadaannya baik di Indonesia maupun di luar negeri. Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group.
Untuk bisa mengerti hasrat ini lebih jauh, baiklah akan saya jelaskan apa makna properti yang saya mengerti. Sebagaimana kita lihat dalam kamus bahasa, kata properti membawa arti yang lebih luas dari pada hanya sekedar sesuatu yang kita miliki. Kata properti bisa diartikan sebagai sesuatu yang dipegang dan dimiliki oleh seseorang, sekelompok masyarakat atau bahkan sebuah bangsa. Hal yang dimiliki bisa berarti barang atau tanah. Nilai yang menempel pada hal tersebut akan memberikan kepuasan, kebanggaan, harga diri, kenyamanan, bahkan kesejahteraan si pemilik barang tersebut.
Akibat dari kepemilikan, properti juga memberi ikatan yang legal kepada sang pemilik terhadap barang yang dia miliki. Intinya ada keuntungan nilai finansial, ekonimis yang secara nyata dapat dirasakan oleh si pemilik.
Sementara itu, apa makna pengembangan atau development. Saya melihat pengembangan adalah usaha untuk menciptakan kelimpahan kepemilikan yang berharga yang dapat menciptakan menciptakan nilai tambah dan yang secara nyata dapat menciptakan lapangan pekerjaanan lapangan pekerjaan. Akhirnya pengembangan diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan yang pada saat ini dapat dinikmati serta memiliki masa depan yang penuh harapan.
Bisa saudara sekalian bayangkan, jikalau sebuah kawasan tertentu yang terlantar dan tak bernilai dikembangkan melalui pembangunan kawasan baru dengan segala infrastrukturnya, maka banyak sekali nilai tambahyang bisa diciptakan melalui pengembangan tersebut baik yang dirasakan oleh individu maupun oleh kelompok kecil dan besar. banyak keluaarga yang menginginkan untuk dapat tinggal di daerah yang nyaman segi tata ruang dan tata bangunannya, sehingga mereka bangga dengan kepemilikan rumah dan tanah tersebut. Infrastruktur lain seperti jalan, rumah sakit, sekolah, pasar, pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan lainnya akan menciptakan perputaran uang dalam skala besar yang akhirnya akan meningkatkan pemasukan bagi masyarakat, pelaku bisnis, maupun pemerintah dalam bentuk pajak. Perekonomian yang berkembang akan menciptakan kebutuhan pekerja dalam jumlah massal baik yang langsung diperlukan dalam kawasan maupun yang secara tidak langsung. Dengan berkembangnya ekonomi daerah tersebut, bisa diduga nilai nominal daerah akan meningkat.
Dampak ekonomis yang berikutnya adalah masyarakat sekitar bisa ikut "menikmati" kesuksesan daerah yang sudah dikembangkan. Bisnis-bisnis kecil yang memerlukan infrastruktur namun tidak mamiliki kemampuan dana untuk membangunnya bisa mendompleng infrastruktur yang tersedia sehingga pengembangan bisnis mikro dan kecil sangat dimungkinkan untuk dikembangkan di sekitar kawasan yang dikembangkan tersebut.
Melihat dampak yang luas dari sebuah pengembangan daerah yang didorong oleh semangat untuk memberikan keuntungan bagi khalayak ramai maka sudah seharusnyalah pengembangan properti bukan hanya merupakan kepentingan masyarakat dan pemerintah. Setiap pengembangan properti harus berorientasi untuk menciptakan kesejahteraan dan keuntungan bagi setiap pemegang kepentingan (stakeholer), yaitu ketiga pihak di atas. Seperti ilustrasi di atas, pengembang mendapatkan keuntungan, pelanggan diuntungkan, masyarakat sekitar ikut menikmati dan pemerintah menerima umpan balik dari pajak dan ekonomi yang terus berputar.
Kesuksesan sebuah pengembangan properti yang didorong untuk kessejahteraan masyarakat seperti yang digambarkan di atas sudah terbukti berhasil, seperti halnya proyek pengembangan kawasan Senen. Bagi saudara sekalian yang berumur 50 tahunan ke atas akan mengerti dan membayangkan bagaimana kondisi kawasan ini diawal tahun 60-an. Kawasan Senen adalah kawasan kumuh yang tidak dilirik oleh orang, bahkan banyak mendapat komentar-komentar yang pesimis dan negatif ketimbang sebaliknya. Kawasan ini adalah kawasan kumuh yang waktu itu dikenal sebagai kawasan pencopet, pelacuran, orang miskin, dan seterusnya.
Berbekalkan visi Bung karno dan Pak Soemarno, Gubernur DKI saat itu yang kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Ali Sadikin, saya dan pemerintah DKI berimajinasi menjadikan Senen sebagai pusat perbelanjaan modern jakarta, Senen masa depan, senen yang tertib, bersih dan dapat dibanggakan. Impian saya adalah mengubah Senen yang merupakan slump menjadi Senen yang sukses dengan cara menciptakan nilai tambah baru. Saya sadar bahwa usaha untuk mewujudkan imajinasi ini menjadi kenyataan memerlukan kerja keras dan komitmen tinggi. Kejelasan visi sangat diperlukan untuk dapat mengembangkan sebuah usaha yang pada saat itu dipandang sebagai proyek yang imposible oleh kebanyakan orang.
Dalam pembangunan proyek Senen terdapat dua buah tantangan. Tantangan pertama adalah membongkar bangunan lama milik para pedagang yang juga harus disertai dengan penyediaan tempat-tempat tinggal baru serta penampungan toko sementara. Tantangan kedua adalah mengubah kompleks ruko lama menjadi sebuah tempat belanja yang modern. Tantangan ketiga adalah modal yang sangat minim. Ketiga buah tantangan seperti ini di jaman tersebut masih sangat sulit ditangani, apalagi sekitar 40 tahun yang lalu, revitalisasi kawasan belum ada contoh suksesnya. Dengan demikian pada tahun 1962, didirikan PT Pembangunan Jaya yang merupakan sebuah perusahaan patungan sebagai payung korporat yang menaungi proyek besar itu. Pendirinya adalah pemda DKI Jakarta sebagai pemerintah, serta bapak Dasaad, Bapak Hasjim Ning, bapak J.A.D. Massil, Bapak R.A.B. Massil, Bapak Sucipto Amidarmo, Yayasan BNI 1946, Asuransi Bumi Putera, dan saya sendiri.
Bersambung...