Monday, April 7, 2008

DAUN DI MUSIM GUGUR

Action & Wisdom Motivation Training

Pada suatu pagi hari di sebuah musim gugur, tampak seorang anak bekerja menyapu halaman luar sebuah asrama. Pohon-pohon yang rindang di sekitar situ tampak berguguran daunnya. Walaupun bekerja dengan rajin dan teliti menyapu dedaunan yang rontok, tetap saja halaman dikotori dengan ranting dan daun.

"Aduh capek deh. Biarpun menyapu dengan giat setiap hari tetap saja besok kotor lagi. Bagaimana caranya ya supaya aku tidak harus bekerja terlalu keras setiap hari?" sambil masih memegang sapu, si anak sibuk memutar otak memikirkan cara yang jitu.

Kepala asrama yang melintas di situ menghampiri dan menyapa, "Selamat pagi Anakku, kenapa kamu melamun? Apa gerangan yang sedang kamu pikirkan?"
"Eh, selamat pagi Paman. Saya sedang berpikir mencari cara bagaimana supaya halaman ini tetap bersih tanpa harus menyapunya setiap hari. Dengan begitu kan saya bisa mengerjakan yang lain dan tidak harus melulu menyapu seperti sekarang ini."

Sambil tersenyum si paman menjawab, "Bagaimana kalau kamu coba menggoyangkan setiap pohon agar daunnya jatuh lebih banyak. Siapa tahu, dengan lebih banyak daun yang gugur, paling tidak besok daunnya tidak mengotori halaman dan kamu tidak perlu menyapu."
"Wah ide Paman hebat sekali!" segera dia berlari mendekat ke batang pohon dan menggoyang-goyangkan sekuat tenaga. Semua pohon diperlakukan sama, dengan harapan, setidaknya besok dia tidak perlu menyapu lagi. "Lumayan bisa istirahat satu hari tidak bekerja," katanya dalam hati dengan gembira.

Malam hari si anak pun tidur dengan nyenyak dan puas. Ketika bangun keesokan harinya, cepat-cepat dia berlari keluar kamar. Seketika harapannya berubah kecewa saat melihat halaman yang kembali dipenuhi dengan rontokan daun-daun. Saat itu pula paman sedang ada di luar dan memperhatikan ulahnya sambil berkata, "Anakku, musim gugur adalah fenomena alam. Bagaimanapun kamu hari ini bekerja keras menyapu daun-daun yang rontok, esok hari akan tetap ada daun-daun yang rontok untuk di bersihkan. Kita tidak bisa merubah kondisi alam sesuai dengan kemauan kita. Daun yang harus rontok, tidak bisa ditahan atau dipaksa rontok. Maka jangan kecewa karena harus bekerja setiap hari. Nikmati pekerjaanmu dengan hati yang senang, setuju?" kata si paman memberikan sebuah pelajaran hidup yang begitu berarti.

"Setuju paman. Terima kasih atas pelajarannya," segera dia berlari menghampiri sapunya.

Pembaca yang budiman,
Kalau kita bekerja dengan suasana hati yang tidak gembira, maka semua pekerjaan yang kita lakukan akan terasa berat dan mudah timbul perasaaan bosan.

Pepatah mandarin mengatakan:

Jin tian de shi qing jin tian zuo, Ming tian hai you xin gong zuo.
Selesaikan pekerjaaan hari ini dengan baik, besok masih ada pekerjaan baru yang harus diselesaikan.

Kalau kita telah mampu menikmati setiap pekerjaan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, maka setiap hari pasti menjadi hari kerja yang membahagiakan dan setiap besok menjadi harapan yang menggairahkan, sehingga kita boleh dengan bangga mengatakan bahwa bekerja adalah ibadah...

Andrie Wongso

Kekuatan Pikiran

Action & Wisdom Motivation Training

Dikisahkan, ada seorang ibu yang sangat menyayangi putra tunggalnya. Karena rasa kuatir yang sangat, ditambah maraknya berita penculikan di media massa, si ibu pun memberi nasihat kepada putranya, "Nak, kalau matahari sudah tidak bersinar lagi, jangan keluar rumah ya. Karena saat gelap seperti itulah roh jahat mulai bermunculan. Ada yang disebut kuntilanak, genderuwo, dan lain-lain. Pokoknya mahkluk jelek, hitam, dan jahat. Maka belajar baik-baik di dalam rumah saja ya, terutama malam hari, oke?" sang anak, yang sedikit penakut, dengan senang hati mematuhi nasehat ibunya.

Setelah beranjak remaja, si anak tumbuh menjadi pemuda cilik yang penakut dan pengecut. Seringkali, ketakutannya yang berlebihan itu terbawa-bawa dalam mimpi. Tidak jarang, ketika tidur ia tiba-tiba terbangun dengan berteriak histeris serta bersimbah peluh ketakutan. Kedua orangtuanya pun menjadi khawatir melihat perkembangan jiwa si anak. Berbagai nasehat bernada menghibur yang disampaikan si orangtua kepada anaknya tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan, kadang si anak justru merasa orangtuanya berusaha mencelakai dia.

Suatu hari, sang kakek mendengar kondisi cucunya tersebut. Maka, ia pun segera menyempatkan diri berkunjung ke rumah anaknya. Setelah memikirkan dengan seksama, suatu sore, si kakek mengajak cucunya berjalan-jalan ke pasar malam bersama-sama dengan beberapa orang tetangga dan teman si cucu. Sesampainya di pasar malam itu, mereka pun bersenang-senang. Sang cucu dan teman-temannya bermain dan melihat berbagai pertunjukkan hingga malam hari. Setelah puas dan lelah bermain, mereka pun berjalan kaki pulang ke rumah.

Tiba di rumah, si kakek meneruskan berbincang santai dengan cucunya. "Cucuku, terang dan gelap adalah sifat alam. Tidak ada hubungannya dengan roh gentayangan dan kejahatan. Sudah kita buktikan sendiri, kan? Bukankah sepanjang jalan dalam kegelapan tadi tidak ada satu pun roh jahat yang mengganggu? Ketahuilah, roh jahat hanya ada di pikiran kamu sendiri. Usir dia dari pikiranmu, maka tidak akan ada yang namanya roh jahat di muka bumi ini. Kakek yang sudah setua ini telah membuktikan sendiri. Ketakutan hanya ada di pikiran kita. Gunakan pikiranmu untuk hal-hal yang baik, maka engkau akan membuat segalanya menjadi baik, indah, dan membahagiakan."

Demikianlah, berkat kata-kata bijak dari si kakek, lewat proses waktu, akhirnya si cucu mampu mengubah mindset dan memiliki kesehatan mentalitas yang positif. Ia pun tumbuh jadi pemuda yang pemberani.

Pembaca yang budiman,

Mendidik anak dengan nada ancaman atau dengan menakutinya, walaupun untuk tujuan yang baik, bisa berdampak buruk dan merusak kesehatan mental, bila tidak disertai dengan pengertian benar!

Hukum pikiran bersifat universal dan berlaku untuk siapa saja, baik anak-anak atau orang dewasa, yakni you are what you think, Anda adalah apa yang Anda pikirkan! Maka, apa yang kita pikirkan, itulah yang akan terjadi. You are what you believe, Anda adalah apa yang Anda percayai!

Karena itu, kalau yang kita tanamkan ke dalam pikiran kita setiap hari adalah hal-hal yang negatif, dampaknya akan destruktif atau merusak. Sebaliknya, kalau baik dan positif sifatnya, tentu dampak dalam kehidupan kita akan menjadi positif dan konstruktif.

Salam Sukses Luar Biasa!!!!
Andrie Wongso

Berani Jadi Investor

Menjadi karyawan (employee), bisnis sendiri (self-employed), menjadi pengusaha (bussines owner), dan sekaligus sebagai investor, itu memang bisa saja menjadi pekerjaan kita. contohnya, dokter. selain dia sudah tercatat sebagai pegawai negeri atau sebagai karyawan, dia pada saat praktek di rumah atau di tempat prakteknya, maka sang dokter itu sudah mengelola bisnis sendiri.
Nah, apabila, dokter itu punya klinik atau laboratorium, maka dia sebagai layaknya pengusaha. Sedangkan, kalau dia membeli aset dalam bentuk real estate atau rumah, atau membeli saham, atau ikut sirkah, maka dokter tersebut sebagai investor atau penanam modal. Tapi yang jelas, jika kita ingin mendapatkan kekayaan atau aset untuk masa depan, saya kira, lebih pas atau cocok kalau kita bisa menjadi pengusaha atau investor. Biasanya, kalau kita sudah menjadi pengusaha, maka tidak sulit untuk menjadi investor.
Kalau kita sebagai karyawan, maka kita bekerja untuk orang lain. sementara, kalau kita mengelola bisnis sendiri, maka kita bekerja untuk diri kita sendiri, sehingga kalau kita libur tentu tidak akan dapat duit. Karena apa? Itu karena, dengan mengelola bisnis sendiri kita bekerja belum menggunakan sistem. Sehingga, tanpa kita terlibat langsung dalam bisnis itu, maka bisnis tidak bisa jalan.

Jika kita sebagai pengusaha, maka orang bekerja untuk kita. Artinya, kita sudah menggunakan sistem. Katakanlah, kalau kita sebagai pengusaha sedang cuti atau libur satu tahun, bahkan waktunya cukup lama sekalipun, maka bisnis itu tetap jalan. Bahkan, tak menutup kemungkinan bisnis kita justru lebih maju. Dan, saya kerap kali melihat, bahwa mereka yang sekarang telah menjadi pengusaha, bisa juga sekaligus sebagai investor. Kalau kita sebagai pengusaha kecil yang kesemuanya dari yang kecil sampai yang besar kita urus sendiri, maka begitu kita libur, uangnya juga libur.
ika kita sebagai karyawan di perusahaan yang memberikan gaji besar, dan kita bisa menabung, maka setelah pensiun kita bisa jadi investor. Kalau kita sebagai karyawan dengan penghasilan pas-pasan, itu bisa dengan memulai usaha atau bisnis kecil-kecilan atau mengelola bisnis sendiri yang masih kecil. Oleh karena itu, saya berpendapat kalau sekarang ini posisi kita sebagai karyawan, maka kita sebaiknya berusaha keras, bagaimana bisa punya bisnis sendiri. Setelah bisnis itu jalan, maka bagaimana kita berusaha mengembangkan sistem, dimana bisnis kita menjadi besar. Sampai akhirnya kita bisa menjadi pengusaha.

Dan, setelah itu bukan hal yang tak mungkin, kalau kemudian kita bisa menjadi investor. Menjadi investor berarti uang bekerja untuk kita. Maka, kalau kita mau kaya, mestinya tidak cukup kita menjadi karyawan atau sekedar punya bisnis kecil-kecilan, sebaiknya kita harus berani menjadi pengusaha atau investor, sekalipun untuk menuju ke arah sana bukan hal yang mudah. Tak sedikit tantangan yang harus kita hadapi. Tapi yakinlah, dengan kita memiliki jiwa entrepreneur, mimpi jadi investor akan menjadi kenyataan.

Mimpi Jadi Entrepreneur

BANYAK di antara kita, yang ingin bekerja pada perusahaan orang lain, sebagai karyawan. Apakah itu karyawan perusahaan swasta maupun pegawai negeri. saya kira alasannya, kita tentu sudah tahu semua, yaitu sebagai karyawan yang dibutuhkan adalah keamanan. Setiap bulan ada kepastian terima gaji. Setelah tua dapat pensiun.

Mengapa tidak tertarik untuk menjadi entrepreneur. Saya kira, hal itu karena di antara kita banyak yang tidak siap menghadapi risiko atau lebih tepat disebut suka menjauh dari risiko. Sehingga, tidak mengherankan, banyak di antara kita yang kemudian takut untuk menjadi entrepreneur.
Karena inginnya aman-aman saja, saya kira itu sebabnya mengapa yang sudah jadi karyawan pun sulit untuk berubah menjadi entrepreneur. Oleh karena itu, saya mengajak bagaimana kalau kita menjadi entrepreneur. Menurut saya, jika kita punya tekad besar, tak mustahil hal itu akan terwujud. Saya yakin, kita akan lebih bangga, karena kita akhirnya punya banyak karyawan, dan bisa menggaji mereka, cobalah kita jalani.

Pemikiran saya ini memang beda dengan saat kita sekolah dulu. Dimana setelah kita lulus nanti, mencari kerja, lalu bekerja keras, dan terus mendapatkan uang. Setelah uang itu kita raih, uang itu kita tabung. Jadinya, kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani mengambil risiko. Kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani membuka usaha. Tapi sebaliknya, kita justru lebih diajarkan bagaimana kita bisa mencari pekerjaan pada perusahaan orang lain atau istilah lain, menggantungkan nasib kita pada orang lain. Akhirnya apa yang terjadi, kalau dia terkena PHK. Akibatnya, mereka pun menganggur.
Saya justru berpendapat, bahwa sistem pendidikan kita semestinya tidak seperti itu. Tapi sebaliknya, sistem pendidikan kita seharusnya mengajarkan bagaimana kita bisa mandiri. Oleh karena itulah, menurut saya, di era otonomi sekarang ini tak ada salahnya kalau kita mau membangun mental dan emosi kita. Kita harus pula selalu punya keberanian mengambil risiko. Kita tidak seharusnya takut membuat kesalahan, dan kita tidak seharusnya takut untuk gagal. Saya yakin, dengan begitu kita akan lebih punya keberanian membuka usaha.

Bahkan, menurut Robert Kiyosaki, penulis best seller "Rich Dad Poor Dad", agar kita bisa menjadi pengusaha, maka kita harus punya mimpi. Kita harus punya tekad besar, kemauan untuk belajar, dan punya kemampuan menggunakan dengan benar aset kita yang tak lain merupakan pemberian Tuhan.

Itu sebabnya, mengapa banyak orang di sekitar kita yang tidak tertarik untuk memiliki bisnis sendiri. Jawabannya, dapat disimpulkan dalam satu kata: Resiko. Yah, takut menghadapi risiko. Sehingga, mental dan emosi kita hanya ingin aman-aman saja.

Oleh karena itu, kenapa kita tidak mau mencoba menjadi pengusaha. Kalau kita punya mimpi dan tekad besal, saya berkeyakinan, kita bisa menjadi entrepreneur. Apalagi, kalau kita mau merubah mental dan emosi kita yang selama ini inginnya selalu menjadi karyawan. Mental dan emosi untuk selalu aman menerima gaji, seharusnya kita ubah menjadi mental dan emosi untuk bisa memberi gaji. Anda berani mencoba?

Berani Sukses

HANYA segelintir entrepreneur yang dapat mencapai tangga sukses teratas tanpa perjuangan dan pengorbanan. Resepnya, antara lain, kalau melakukan kesalahan, mereka melupakannya dan terus bekerja, hingga akhirnya mencapai kesuksesan. Menurut saya, kita sebagai entrepreneur harus selalu berani berpikiran sukses dan berani mengembangkan kepercayaan diri.

Harus selalu ingat, bahwa kita adalah orang yang berpotensi dalam bisnis, yang setiap saat harus selalu melipatgandakan kepercayaan diri, dan bisa menghilangkan penyakit exucitis, penyakit mencari alasan. Apakah itu alasan yang berkaitan dengan kesehatan, intelejensia atau kecerdasan, usia, dan nasib. Kita pun juga harus berani merubah kegagalan menjadi kemenangan atau kesuksesan.
Untuk sebuah kesuksesan, dibutuhkan keberanian secara terus menerus untuk mempelajari kemunduran bisnis kita menuju kesuksesan. Dalam bisnis, sangat wajar kalau kita belajar dari kesuksesan yang dicapai pesaing kita. Namun yang penting, bagaimana kita harus menghindari kesalahan-kesalahan yang pernah diperbuat oleh pesaing kita itu. Kita juga harus selalu siap menghadapi perubahan-perubahan yang selalu ada dalam kehidupan bisnis.

Upaya-upaya mencipta ide-ide terbaik yang bersifat competitive advantage saya kira menjadi sangat penting, dan kalau perlu kita gabung-gabungkan ide-ide terbaik dari para pesaing kita.
Dengan kata lain, sebagai seorang entrepreneur, kita pun harus senantiasa setiap saat selalu membuka mata dan telinga terhadap suatu kesempatan atau peluang. Sebab, disamping faktor rejeki, maka peluang itu juga menyangkut dengan faktor nasib kita. Bila kita mampu melakukan hal itu, tidak mustahil kesuksesan akan dapat kita raih.
Saya yakin, kita semua pasti mendambakan kesuksesan. Ingin memperoleh yang sebaik-baiknya dari perjalanan hidupnya. Tidak ada orang yang bisa mendapatkan kenikmatan dari hidup yang terus merangkak-rangkak, kehidupan yang setengah-setengah. Sukses berarti banyak hal yang mengagumkan dan positif. Sukses berarti kesejahteraan pribadi: rumah bagus, keamanan di bidang keuangan dan kesempatan maju yang maksimal, serta berguna bagi masyarakat. Sukses juga berarti memperoleh kehormatan, kepemimpinan, dan disegani.

Dengan demikin sukses berarti self respect, merasa terhormat, terus menerus merasa bahagia, dan merasakan kepuasan dari kehidupannya. Itu artinya, kita berhasil berbuat lebih banyak yang bermanfaat. Dengan kata lain, sukses berarti menang! Namun sayangnya, di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak semua entrepreneur berani menyebutkan, bahwa dirinya telah mencapai kesuksesan.

Sebaliknya, saya justru berpendapat bahwa kita sebagai entrepreneur harus berani menyatakan dirinya sukses. Karena dengan keberanian kita menyatakan sukses, akan membangkitkan kepercayaan diri. Dengan kepercayaan diri yang besar itu, kita akan lebih bersemangat untuk meraih kesuksesan. Dan saya tetap yakin, betapa pun sibuknya entrepreneur-entrepreneur yang sukses, ia akan tetap siap membantu teman-teman yang memerlukannya. Dan, mereka semakin percaya pada Tuhan sebagai suatu kekuatan besar.

Berani Gagal

PERNYATAAN John. F. Kennedy ini saya yakini kebenarannya. Itu bukan sekedar retorika, tetapi memang sudah terbukti dalam perjalanan hidup saya. Gagal total itulah awal karier bisnis saya.

Pada akhir 1981, saya merasa tak puas dengan pola kuliah yang membosankan. Saya nekad meninggalkan kehidupan kampus. Saat itu saya berpikir, bahwa gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal dalam mengejar cita-cita lain. Di tahun 1982, saya kemudian mulai merintis bisnis bimbingan tes Primagama, yang belakangan berubah menjadi Lembaga Bimbingan Belajar Primagama.

Bisnis tersebut saya jalankan dengan jatuh bangun. Dari awalnya yang sangat sepi peminat - hanya 2 orang - sampai akhirnya peminatnya membludak hingga Primagama dapat membuka cabang di ratusan kota, dan menjadi lembaga bimbingan belajar terbesar di Indonesia.

Dalam kehidupan sosial, memang kegagalan itu adalah sebuah kata yang tidak begitu enak untuk didengar. Kegagalan bukan sesuatu yang disukai, dan suatu kejadian yang setiap orang tidak menginginkannya. Kita tidak bisa memungkiri diri kita, yang nyata-nyata masih lebih suka melihat orang yang sukses dari pada melihat orang yang gagal, bahkan tidak menyukai orang yang gagal.

Maka, bila Anda seorang entrepreneur yang menemui kegagalan dalam usaha, maka jangan berharap orang akan memuji Anda. Jangan berharap pula orang di sekitar anda maupun relasi Anda akan memahami mengapa Anda gagal.

Jangan berharap Anda tidak disalahkan. Jangan berharap juga semua sahabat masih tetap berada di sekeliling Anda. Jangan berharap Anda akan mendapat dukungan moral dari teman yang lain. Jangan berharap pula ada orang yang akan meminjami uang sebagai bantuan sementara. Jangan berharap bank akan memberikan pinjaman selanjutnya.

Mengapa saya melukiskan gambaran yang begitu buruk bagi seorang entrepreneur yang gagal? Begitulah masyarakat kita, cenderung memuji yang sukses dan menang. Sebaliknya, menghujat yang kalah dan gagal. Kita sebaiknya mengubah budaya seperti itu, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang pada peluang yang kedua.

Menurut pengalaman saya, apabila orang gagal, maka tidak ada gunanya murung dan memikirkan kegagalannya. Tetapi perlu mencari penyebabnya. Dan justru kita harus lebih tertantang lagi dengan usaha yang sedang kita jalani yang mengalami kegagalan itu. Saya sendiri lebih suka mempergunakan kegagalan atau pengalaman negatif itu untuk menemukan kekuatan-kekuatan baru agar bisa meraih kesuksesan kembali.

Sudah tentu, kasus kegagalan dalam bisnis maupun dunia kerja, saat krisis ekonomi kian merebak dan bertambah. Ribuan orang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan kehilangan mata pencahariannya. Sungguh ironis, seperti halnya kita, suka atau tidak suka, setiap manusia pasti akan mengalami berbagai masalah, bahkan mungkin penderitaan.
Bagi seorang entrepreneur, sebaiknya jangan sampai terpuruk dengan kondisi dan suasana seperti itu. Kita harus berani menghadapi kegagalan, dan ambil saja hikmahnya (kejadian dibalik itu). Mungkin saja kegagalan itu datang untuk memuliakan hati kita, membersihkan pikiran kita dari keangkuhan dan kepicikan, memperluas wawasan kita, serta untuk lebih mendekatkan diri kita kepada Tuhan. Untuk mengajarkan kita menjadi gagah, tatkala lemah. Menjadi berani ketika kita takut. Itu sebabnya mengapa saya juga sepakat dengan pendapat Richard Gere, aktor terkemuka Hollywood, yang mengatakan bahwa kegagalan itu penting bagi karier siapapun.

Mengapa demikian? Karena selama ini banyak orang membuat kesalahan sama, dengan menganggap kegagalan sebagai musuh kesuksesan. Justru sebaliknya, kita seharusnya menganggap kegagalan itu dapat mendatangkan hasil. Ingat, kita harus yakin akan menemukan kesuksesan di penghujung kegagalan.
Ada beberapa sebab dari kegagalan itu sendiri. Pertama, kita ini sering menilai kemampuan diri kita terlalu rendah. Kedua, setiap bertindak, kita sering terpengaruh oleh mitos yang muncul di masyarakat sekitar kita. Ketiga, biasanya kita terlalu "melankolis" dan suka memvonis diri terlebih dahulu, bahwa kita ini dilahirkan dengan nasib buruk. Keempat, kita cenderung masih memiliki sikap, tidak mau atau tidak mau tahu dari mana kita harus memulai kembali suatu usaha.

Dengan mengetahui sebab kegagalan itu, tentunya akan membuat kita yakin untuk bisa mengatasinya. Bila kita mengalami sembilan dari sepuluh hal yang kita lakukan menemui kegagalan, maka sebaiknya kia bekerja sepuluh kali lebih giat. Dengan memiliki sikap dan pemikiran semacam itu, maka akan tetap menjadikan kita sebagai sosok entrepreneur yang selalu optimis akan masa depan. Maka, sebaiknya janganlah kita suka mengukur seorang entrepreneur dengan menghitung berapa kali dia jatuh. Tapi ukurlah, berapa kali ia bangkit kembali.

Pesan Ibu

Action & Wisdom Motivation Training

Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, "Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya."

"Nggak, Dik. Saya lapar mau makan nasi saja," kata si pemuda menolak. Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.

Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda, sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, "Tidak, Dik. Saya sudah kenyang."

Sambil berkukuh mengikuti si pemuda, si anak berkata, "Kuenya bisa buat oleh-oleh pulang, Om."

Dompet yang belum sempat dimasukan ke kantong pun dibukanya kembali. Lalu, dikeluarkan dua lembar ribuan dan si pemuda menyodorkan kepada si anak penjual kue. "Saya tidak mau kuenya. Uang ini anggap saja sedekah dari saya."

Dengan senang hati si anak itu menerima uangnya dan bergegas keluar restoran. Lalu, ia memberikan uang itu kepada pengemis di depan restoran. Merasa heran dan sedikit tersinggung, si pemuda menegur si anak penjual kue, "Hai, Adik Kecil, kenapa uangnya kamu berikan kepada orang lain? Kamu berjualan kan untuk mendapatkan uang? Kenapa setelah uang ada di tanganmu malah kamu berikan ke orang lain?"

"Om, jangan marah ya. Ibu saya mengajarkan kepada saya untuk mendapatkan uang dari usaha berjualan, bukan dari mengemis. Kue-kue ini dibuat oleh Ibu saya sendiri dan Ibu pasti akan sedih dan marah jika saya menerima uang dari Om bukan dari hasil menjual kue. Tadi Om bilang, uang sedekah, maka uangnya saya berikan kepada pengemis itu."

Si pemuda merasa takjub dan menganggukkan kepala tanda mengerti. "Baiklah, berapa banyak kue yang kamu bawa? Saya borong semua untuk oleh-oleh." Si anak pun segera menghitung dengan gembira.

Sambil menyerahkan uang si pemuda berkata, "Terima kasih Dik atas pelajaran hari ini. Sampaikan salam saya kepada ibumu." Walaupun tidak mengerti tentang pelajaran apa yang dikatakan si pemuda, dengan gembira diterimanya uang itu sambil berucap, "Terima kasih, Om. Ibu pasti akan senang sekali, hasil kerja kerasnya dihargai dan itu sangat berarti bagi kehidupan kami."

Pembaca yang budiman.
Dari hasil didikan seorang ibu yang luar biasa, lahirlah anak yang hebat! Walaupun mereka miskin harta tetapi mereka kaya mental! Menyikapi kemiskinan bukan dengan mengemis dan minta belas kasihan dari orang lain tetapi dengan bekerja keras, membanting tulang. Karena sesungguhnya, KERJA ADALAH KEHORMATAN bagi setiap manusia!

Salam Sukses Luar Biasa!!!
Andrie Wongso

Berani Merantau

Kita itu memang harus, punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberanian merantau, kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri.

BANYAK entrepreneur yang sukses karena ia merantau. Orang Tegal sukses dengan warteg-nya di Jakarta. Begitu juga orang Wonogiri sukses menekuni usaha sebagai penjual bakso. Orang Wonosari sukses sebagai penjual bakmi dan minuman. Sementara orang Padang, sukses dengan bisnis masakan Padang-nya.

Bahkan, orang Cina pun banyak yang sukses ketika dia merantau keluar negeri. Dan, tak sedikit pula, orang Jawa yang sukses sebagai transmigran di Sumatera. Juga banyak orang dari luar Jawa yang sukses bisnisnya ketika merantau di Yogyakarta. Tapi banyak juga orang Yogya yang sukses menjadi pengusaha atau merintis kariernya, ketika merantau di Jakarta. Hal itu wajar terjadi, karena orang-orang tersebut memang punya keberanian merantau.

Sebenarnya, apa yang diungkapkan di atas hanyalah sekedar contoh, bahwa orang bisa sukses sebagai entrepreneur, kalau orang tersebut memiliki keberanian merantau. Mengapa demikian?

Menurut saya, keberanian merantau itu perlu kita miliki, karena dengan merantau berarti kita berani meninggalkan lingkungan keluarga. Sebab, ketika kita berada di lingkungan keluarga, meskipun kita sudah tumbuh besar atau dewasa, namun tetap dianggap sebagai anak kecil.

Sehingga, hal itu akan membuat kita tergantung dan tidak mandiri. Akibat dari itu sangat jelas, kita mudah patah semangat atau putus asa. Tidak berani menghadapi tantangan atau risiko bisnis. Kita pun akan mudah tergantung pada orang lain.

Tapi beda halnya. kalau kita berani merantau. Hal itu berarti kita siap menjadi "manusia baru". Kita harus siap menghadapi lingkungan baru, yang barangkali tak sedikit tantangan yang harus dihadapi. Dan, jika saat dulu kita belum tahu apa sebenarnya kelemahan kita, maka dengan merantau hal tersebut bisa diketahui. sedikit demi sedikit kelemahan tersebut akan kita perbaiki di tanah perantauan. Itulah sebabnya mengapa saya yakin, keberanian merantau yang membuat kita punya jiwa kemandirian itu, akan membuat kita lebih percaya diri dalam setiap langkah dalam bisnis maupun karier.

Jadi singkatnya, merantau itu akan membuat kita berjiwa "tahan banting". Katakanlah, kalau usaha kita ternyata jatuh dan gagal, kita tidak terlalu malu, toh itu terjadi di kota lain. Dengan kata lain, berusaha di kota lain akan mengurangi beban berat, bila dibandingkan dengan merintis bisnis di kota kita sendiri.

Selain itu, keberanian merantau ke daerah lain, akan membuat kita dapat menyelesaikan persoalan sendiri. Bahkan, kita akan merasa tabu terhadap bantuan orang lain. Kita ada rasa untuk tidak mau punya hutang budi pada orang lain.

Oleh karena itulah, saya berpendapat, bahwa sesungguhnya ke-mandirian itu adalah semangat paling dasar dari kita untuk bisa meraih kesuksesan. Dan, alangkah baiknya jika sikap mandiri semacam itu bisa kita bentuk sejak kita masih sekolah.

Maka, jika kita ingin menjadi entrepreneur yang mampu meraih sukses dan "tahan banting", salah satu kuncinya adalah kemandirian itu sendiri. Dan, kemandirian akan muncul jika kita berani merantau. Buktikan sendiri.

Berani Mencoba

Seandainya kita berani mencoba dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tak akan pernah ada.

Purdi E ChandraORANG bukannya gagal, tetapi berhenti mencoba. Ungkapan ini sengaja saya kedepankan. Mengapa? Karena sesungguhnya seseorang untuk dapat meraih kesuksesan dalam karier atau bisnisnya, maka orang itu harus punya keberanian mencoba.
Seorang entrepreneur - dalam situasi sesulit apa pun - akan semakin tertantang untuk tidak berhenti mencoba. Dengan kata lain "berani mencoba" dan orang yang selalu berani mencoba itulah yang pada akhirnya justru akan meraih kemenangan atau kesuksesan.
Dalam bisnis, tampaknya kita perlu mengedepankan sikap seperti itu, dan saya kira tidak ada salahnya bila kita bersikap positif semacam itu. Berdasar pengalaman, saya melihat, bahwa seorang entrepreneur adalah orang yang tidak mudah percaya sebelum mencobanya. Meskipun ketika mencobanya, keyakinan kita hampir padam karena pasti akan diterpa 'angin". Dan ternyata, terpaan 'angin" tersebut justru dapat membakar semangat kewirausahaan (the spirit of entrepreneurship) kita. Nalar bisnis (sense of business) kita semakin optimal, dan pada akhirnya, sebagai entrepreneur, kita semakin yakin akan kesuksesan yang akan kita raih.

Tegasnya, keberhasilan dalam bisnis memang sangat ditentukan oleh semangat kewirausahaan kita yang tinggi. Dengan demikian sikap mencoba dan mencoba terus-menerus itu akan dilakukannya. Pada akhirnya dengan sikap kita yang "berani mencoba' itu, akan membuat kita tidak akan mudah terpuruk dengan keputus-asaan. Apalagi sampai menghancurkan hidup dan bisnis yang telah kita rintis lama.

Selain itu, pikiran kita juga harus tetap diformulasikan ke arah positif. Bukan sebaliknya, suka berpikir negatif, apalagi sampai putus asa. Sikap semacam ini harus kita buang jauh-jauh.

Jika pikiran kita tidak melihat hasil akhir, bahwa bisnis kita bakal sukses, maka tentu kita akan kehilangan semangat kewirausahaan. Sebab, dengan kita memiliki bayangan kesuksesan di masa depan, tentu akan dapat memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Bahkan, menjadikan diri kita bersikap tidak mudah putus asa.

Dalam bisnis modern, kita tidak akan dapat hidup tanpa kita mempunyai sikap keberanian mencoba. Kita lihat saja, masih banyak orang yang gagal dalam usahanya, yang akhirnya putus asa tanpa mampu lagi berbuat sesuatu, tanpa berani mencoba lagi. Sikap semacam itu jelas akan merugikan kita, bukan saja dari aspek materi atau finansial saja, tapi juga dari aspek psikologis. Oleh karena itu, walaupun di masa krisis, sebaiknya kita harus tetap menjadi entrepreneur yang memiliki semangat kewirausahaan yang tinggi.

Kita juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak ada yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Seandainya kita berani mencoba, dan kita lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan kita mau berjerih payah dalam berusaha, tentu kita akan menuai keberhasilan.

Untuk itu, kita harus berani mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat mengantikan keberanian mencoba. Dengan bakat bisnis? Tidak bisa. Sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijazah sarjana. Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang dapat menentukan kesuksesan bisnis kita.

Berani Mimpi

Purdie E ChandraJadi Entrepreneur itu memang harus berani mimpi. Bagaimana dengan anda? Bahkan pada saat krisis ekonomipun, kita janganlah merasa takut bermimpi. Sebab, kita harus yakin bahwa mimpi atau visi itu sama dengan cetak biru (blue print) dari realita. Artinya, sesuatu yang akan menjadi kenyataan.

Saya punya keyakinan, kalau entrepreneur berani memiliki visi, ia pasti mampu menciptakan kekuatan positif di dalam pikirannya. Hasilnya adalah kemampuan kerja dan kualitas hidupnya yang meningkat. Oleh karena itu, saya sangat yakin dengan ungkapan berikut ini: "Hati-hatilah dengan angan-anganmu, karena angan-anganmu itu akan menjadi kenyataan.

SANG TUNANETRA YANG LUAR BIASA

Action & Wisdom Motivation Training

Hidup adalah pembelajaran tanpa henti. Setiap hari, setiap saat, dan setiap waktu, jika kita telaah lebih jauh, selalu menjadi momen pembelajaran. Baik itu berupa halangan, rintangan, tantangan, atau berbagai kejadian apa pun yang kita temui. Jika bisa disikapi dengan cara yang bijak, maka selalu ada sisi positif yang bisa kita ambil sebagai bagian proses belajar.

Maka, tak salah, jika orang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik. Namun, semua itu harus dikembalikan kepada individu yang menjalaninya. Jika tak ada proses evaluasi dan tindakan perbaikan, pembelajaran yang didapatkan pun tak akan maksimal. Hadirnya pengalaman, baru akan bernilai jika kita bisa memaknainya dengan sudut pandang dan mindset positif.

Seperti yang saya jumpai saat saya memberikan seminar di Asian Agri Medan pada tanggal 8 Januari 2008, dengan tema "If Better is Possible, Good is Not Enough". Ketika acara, saya mendapat "pelajaran" yang sangat berharga. Sebagaimana setiap kali seminar, ada banyak orang yang antusias mengikuti seminar. Kemudian, banyak pula yang lantas ingin berfoto dan meminta tanda tangan. Namun, ada satu hal yang luar biasa saat itu. Salah satu orang yang sangat antusias tersebut ternyata adalah seorang penyandang tunanetra.

Yang menjadikannya luar biasa, orang yang bernama Roswidi itu, adalah tekadnya. Meski punya keterbatasan fisik, hal tersebut tidak menjadi halangan baginya untuk berkarya. Hebatnya, dengan kekurangan itu, ia ternyata adalah sosok yang berada di balik suksesnya acara seminar. Pria yang mengaku sebagai pendengar setia acara saya, Smart Motivation di radio Smart FM setiap Senin ini, adalah event organizer acara yang khusus menangani sound system acara. Dengan keterbatasan itu, Roswidi membuktikan pada semua orang, bahwa ia tak beda dengan orang kebanyakan.

Bicaranya yang terdengar semangat, menunjukkan betapa keterbatasan yang dimilikinya, sama sekali bukan halangan untuk sukses. Bahkan, ia mengaku sudah menjalani usaha sound system itu selama lima tahunan. Sebelumnya, ia juga pernah menjadi pemain keyboard di berbagai acara. Selain itu, ia ternyata juga menjadi pengusaha onderdil sepeda. Roswidi benar-benar menunjukkan kepada saya dan semua orang yang hadir saat itu, bahwa sukses memang hak siapa saja, "Success is my right!" Ia adalah contoh nyata orang yang bisa "melihat" dengan tekad dan hati, bahwa halangan dan tantangan, sebenarnya hanyalah bagian dari proses pembelajaran diri.

Jika menengok keadaan kita, hal ini tentu adalah sebuah hal yang sangat luar biasa. Semangat dan daya juang Roswidi patut dicontoh. Apalagi, bagi kita yang dikaruniai tubuh lengkap dan tak kurang suatu apa pun. Seharusnya, dari contoh kisah Roswidi ini, bisa menumbuhkan semangat dalam diri.

Sungguh, perjalanan saya kali ini ke kota Medan memberi pengalaman yang luar biasa. Apalagi, Roswidi sempat berkata, "Kita dapat melakukan apa pun, meski tanpa kedua mata. Sebab, kita masih punya kaki, tangan, otak, dan pikiran yang bisa kita maksimalkan." Sebuah kalimat sederhana, namun mengandung arti yang sangat luar biasa. Roswidi membuktikan, bahwa dengan tindakan nyata, ia pun bisa berkarya layaknya manusia seutuhnya.

Untuk itu, seperti komitmen saya untuk menjadikan tahun ini sebagai tahun Think and Action 2008, kisah Roswidi ini seharusnya mampu memacu kita untuk berpikir dan bertindak maksimal. Jika orang yang kurang secara fisik saja (maaf: buta) mampu, bagaimana dengan kita yang sehat?

Maka, mari kita jadikan semua cobaan dan tantangan, bukan sebagai halangan. Namun, justru jadi batu loncatan menuju kesuksesan. Dengan think and action, kita buktikan diri mampu menjemput semua impian.

Salam sukses Luar Biasa!!!
Andrie Wongso

KOMENTAR LUKISAN

Action & Wisdom Motivation Training

Alkisah, ada seorang pelukis terkenal. Hasil lukisannya banyak menghiasi dinding rumah orang-orang kaya. Si pelukis dikenal dengan kehalusan, ketelitian, keindahan, dan kemampuan memerhatikan detail objek yang digambarnya. Karena itu, pesanan lukisannya tidak pernah berhenti dari para kolektor maupun pecinta barang-barang seni.

Suatu hari, setelah menyelesaikan sebuah lukisan, si pelukis merasa sangat puas dengan hasil lukisannya. Menurut pandangannya, lukisan itu sempurna. Maka, dia lantas bermaksud mengadakan pameran lukisan agar orang-orang dapat menikmati, serta mengagumi keindahan dan kehebatannya.

Saat pameran, si pelukis meletakkan sebuah buku di dekat lukisan dengan sebuah tulisan: "Yang terhormat, para pecinta dan penikmat seni. Setelah melihat dan menikmati lukisan ini, silakan isi di buku ini komentar Anda tentang kelemahan dan kekurangannya. Terima kasih atas waktu dan komentar Anda."

Pengunjung pun silih berganti mengisi buku itu. Setelah beberapa hari, si pelukis pun membaca buku berisi komentar pengunjung pameran dan dia merasa kecewa sekali dengan banyaknya catatan kelemahan yang diberikan. "Orang-orang ini memang tidak mengerti indahnya lukisan ini. Berani-beraninya mereka mengkritik!" batin si pelukis.

Dalam hati, dia tetap yakin bahwa lukisannya itu sangat bagus. Maka, untuk itu dia ingin menguji sekali lagi komentar orang lain, tetapi dengan metode yang berbeda. Untuk itu, ia membuat pameran sekali lagi, namun di tempat yang berbeda. Kali ini, ia juga menyertakan sebuah buku untuk diisi oleh pengunjung yang melihat lukisannya. Tetapi kali ini, penikmat lukisannya tidak dimintai komentar kelemahan, namun untuk memberikan komentar tentang kekuatan dan keindahan lukisan itu.

Setelah beberapa hari, si pelukis kembali membaca buku komentar pengunjung. Kali ini, dia tersenyum senang setelah membacanya. Jika pengunjung yang terdahulu mengkritik dan melihat kelemahannya, maka komentar yang didapatkannya kali ini berisi banyak pujian dan kekaguman atas lukisan yang dibuatnya. Bahkan, banyak dari hal-hal yang dikritik waktu itu, sekarang justru dipuji.

Dari kedua pameran lukisan yang diadakannya, si pelukis mendapatkan sebuah pembelajaran bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Apa pun yang kita kerjakan, sehebat, dan sesempurna apa pun menurut kita, ternyata di mata orang lain, ada saja kelemahan dan kritikannya. Namun, pastilah ada juga yang memuji dan menyukainya. Jadi, tidak perlu marah dan berkecil hati terhadap komentar orang lain. Asalkan kita mengerjakan semua pekerjaan dengan sungguh-sungguh dan dilandasi niat baik, itulah persembahan terbaik bagi diri kita sendiri.

Pembaca yang budiman,
Memang, kehidupan di dunia ini tidak ada yang sempurna, (
mei yu sek jien sek me). Apa yang kita pikirkan, yang kita yakini, yang kita kerjakan, dan yang kita hasilkan, pasti selalu ada sisi pro dan kontra. Maka, kalau kita bersikukuh dengan sesuatu yang kita miliki dan kita yakini, maka hal tersebut bisa jadi justru mendatangkan masalah, konflik, atau bahkan rasa antipati. Tentu, jika itu yang terjadi, akan membuat kita tidak bahagia,

Namun, jika kita mampu menghargai setiap perbedaan sebagai hak asasi setiap insan, maka akan timbul keselarasan dan keharmonisan. Jika kita bisa menerapkan toleransi dan saling menghargai, maka ke mana pun kita pergi, dengan siapa pun kita bergaul, akan selalu ada tempat yang nyaman dan damai buat kita sehingga kebahagiaan selalu kita rasakan.

Salam sukses Luar Biasa!!!
Andrie Wongso
www.andriewongso.com

Visio-Entrepreneur Bag I & II

Tulisan ini dikutip dari Tesis Ir Ciputra dengan judul lengkap "Visio-Entrepreneurship Driven Property Development For The People".
ciputra.jpg Puji dan syukur kehadirat Tuhan pencipta langit dan bumi yang telah menganugerahkan kehidupan kepada kita semua. Hanya dengan anugerah Nya saya dalam usia hampir 77 tahun ini masih sanggup berdiri di hadapan saudara sekalian untuk menerima Gelar Doktor Kehormatan Bidang IlmuTeknik yang diberikan Universitas Tarumanagara, Universitas yang sangat saya cintai.
Secara khusus mari kita bersyukur Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena dariNyalah kita mendapatkan visi, kreastifitas, inovasi, pengetahuan, keterampilan, determinasi, dan kemampuan kerja keras untuk merealisasikan mimpi-mimpi kita untuk menjadi kenyataan dan bisa di nikmati oleh masyarakat Indonesia secara khusus dan kemanusiaan pada umumnya.
Hadirin yang saya muliakan,
Hari ini, di mimbar yang terhormat ini, ijinkan saya berbagi pengetahuan dan pengalaman sebagai seorang Entrepreneur yang visioner dalam Pengembangan Properti yang telah melewati banyak kesuksesan tetapi tidak sedikit kegagalan. Biarlah kegagalan ini bisa menjadi pelajaran dan inspirasi bagi saudara sekalian untuk terus menerus memberikan produk dan jasa yang lebih baik lagi sehingga dapat dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Saya adalah orang biasa yang dianugerahi Tuhan banyak visi yang terus saya impikan untuk saya capai. Visi itu terus saya impikan sampai begitu jelas tergambar dalam pikiran saya. Seringkli begitu indahnya impian itu sehingga sangat sulit untuk digambarkan dengan kata-kata.
Dengan imajinasi kreatif, mimpi-mimpi tadi tertuang dalam banyaknya master plan pengembangan properti dimana saya terlibat didalamnya. Saya sadar bahwa kreativitas logis dan artistik yang saya miliki sangat terpupuk ketika saya belajar di Jurusan Arsitektur Institut teknologi Bandung(ITB).
Saya lahir di Parigi, sebuah kota kecil di Sulawesi Tengah, hampir 77 tahun yang lalu. Ayah saya Tjie Sim Poe, dan ibu saya , Lie Eng Nio, adalah seorang pedagang kelontong kecil di kota itu. Ketika saya berusia 12 tahun, ayah saya meninggal di penjara penjajahan Jepang yang kejam yang sampai saat ini tidak diketahui dimana dikuburnya. Ayah saya ditangkap karena dituduh sebagai mata-mata belanda namun tuduhan tersebut tidak terbukti sampai akhir hayatnya. Kehidupan sulit yang kami alami saat itu membuat saya berkeputusan untuk menjadi seorang insinyur arsitek yang dapat mengatasi kemiskinan dan kemelaratan.
Kehidupan masa kecil saya yang penuh dengan badai gelombang bersama ibu saya sebagai orang tua tunggal meniggalkan pelajaran yang sangat berharga yang akhirnya membuat saya paham bagaimana mengelola kegagalan untuk menacapai kesuksesan. Kesuksesan yang bukan saja dalam arti kekayaan, kekuasaan dan popularitas, melainkan kesuksesan dalam melewati bebagai badai kehidupan.
Kehidupan saat itu membentuk saya untuk menghargai kehidupan lebih daari sekedar kesulitan yang dirasakan di dalamnya. Kerja keras adalah sebuah fakta sehari-hari kehidupan kami. Memburu binatang hutan dengan tombak dan 17 ekor anjing sehingga dagingnya bisa dimakan dan dijual untuk mendukung kehidupan keluarga adalah pekerjaan saya. jarak 7 km rumah-sekolah harus ditempuh dengan berjalan dengan kaki telanjang di pagi buta ketika berangkat dan di siang hari waktu pulang dengan perut kosong.
Dari Ibunda yang sangat cintai saya belajar tentamg kerja keras, itegritas, persistensi dan determinasi dalam hidup. Ayah dan ibu saya adalah pedagang kecil yang sangat menghargai pelanggan. Excellence dalam servicenya terwujud dalam bagaimana caranya mereka memuaskan pelanggan. Dari orang yang melahirkan saya ini, untuk sungguh menghargai waktu. Darinyalah juga saya belajar bagaimana menurunkan jiwa entrepreneur sejati. Terima kasih kepada TUHAN yang telah membantu saya untuk menjadikan pengalaman kehidupan ini menjadi educative experience yang berharga. Dalam situasi yang demikian, saya mengambil keputusan untuk menjadi seorang yang bernilai dan berarti bagi orang lain.
Ketika masih menjadi mahasisawa, saudar-saudara Ismael sofian, Budi Brasali dan saya mendirikan Biro Arsitek Daya Tjipta yang sekarang dikenal sebagai PT Perentjana Djaya. Namun demikian saya merasa tidak puas dan kadang-kadang putus asa dengan hanya menjadi perusahaan konsultan, karena sebagai konsultan kami hanya mengajarkan yang diberi oleh pihak yang memerlukan jasa kami. Dengan kata lain kami menunggu pekerjaan dari orang lain. Di samping itu saya sadar bahwa dengan demikian kami tidak sanggup membangun kekayaan atau "wealth" dalam arti yang luas.
Karena itu saya berkeputusan untuk merubah haluan agar dapat mewujudkan cita-cita saya menjadi arsitek yang juga berguna bagi orang lain. Saya harus menjadi arsitek yang berjiwa entrepreneurial. Hasrat inilah yang akhirnya membawa keputusan saya untuk mendirikan PT Pembangunan Jaya. Bukan lagi pasif menunggu pekerjaan tetapi aktif menciptakan pekerjaan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Inilah hal mendasar yang saya rindukan dan usahakan dalam hidup saya. Keputusan menjadi pengembang tetap saya pegang sampai saat ini. Saya sampaikan bahwa saya memulai karir entrepreneur dengan menjadi pengembang, perusahaan-perusahaan saya menjadi besar melalui usaha bisnis pengembang, saya juga berhasil melalui masa krisis ekonomi sebagai seorang pengembang oleh karena itu saya akan tetap jadi seorang pengembang di dalam maupun di luar negeri.
Pembangunan properti yang dilakukan bukan ditunjukan hanya untuk kepentingan sepihak si pembangun tetapi didorong oleh hasrat agar dapat meningkatkan nilai, harkat dan martabat orang banyak. Dalam perjalanan hidup saya, saya terlibat dalam mendirikan kelompok-kelompok pengembang yang saat ini menjadi kelompok pengembang properti yang sangat diperhitungkan keberadaannya baik di Indonesia maupun di luar negeri. Jaya Group, Metropolitan Group dan Ciputra Group.
Untuk bisa mengerti hasrat ini lebih jauh, baiklah akan saya jelaskan apa makna properti yang saya mengerti. Sebagaimana kita lihat dalam kamus bahasa, kata properti membawa arti yang lebih luas dari pada hanya sekedar sesuatu yang kita miliki. Kata properti bisa diartikan sebagai sesuatu yang dipegang dan dimiliki oleh seseorang, sekelompok masyarakat atau bahkan sebuah bangsa. Hal yang dimiliki bisa berarti barang atau tanah. Nilai yang menempel pada hal tersebut akan memberikan kepuasan, kebanggaan, harga diri, kenyamanan, bahkan kesejahteraan si pemilik barang tersebut.

Akibat dari kepemilikan, properti juga memberi ikatan yang legal kepada sang pemilik terhadap barang yang dia miliki. Intinya ada keuntungan nilai finansial, ekonimis yang secara nyata dapat dirasakan oleh si pemilik.

Sementara itu, apa makna pengembangan atau development. Saya melihat pengembangan adalah usaha untuk menciptakan kelimpahan kepemilikan yang berharga yang dapat menciptakan menciptakan nilai tambah dan yang secara nyata dapat menciptakan lapangan pekerjaanan lapangan pekerjaan. Akhirnya pengembangan diharapkan dapat menciptakan kesejahteraan yang pada saat ini dapat dinikmati serta memiliki masa depan yang penuh harapan.
Bisa saudara sekalian bayangkan, jikalau sebuah kawasan tertentu yang terlantar dan tak bernilai dikembangkan melalui pembangunan kawasan baru dengan segala infrastrukturnya, maka banyak sekali nilai tambahyang bisa diciptakan melalui pengembangan tersebut baik yang dirasakan oleh individu maupun oleh kelompok kecil dan besar. banyak keluaarga yang menginginkan untuk dapat tinggal di daerah yang nyaman segi tata ruang dan tata bangunannya, sehingga mereka bangga dengan kepemilikan rumah dan tanah tersebut. Infrastruktur lain seperti jalan, rumah sakit, sekolah, pasar, pusat perbelanjaan, tempat hiburan dan lainnya akan menciptakan perputaran uang dalam skala besar yang akhirnya akan meningkatkan pemasukan bagi masyarakat, pelaku bisnis, maupun pemerintah dalam bentuk pajak. Perekonomian yang berkembang akan menciptakan kebutuhan pekerja dalam jumlah massal baik yang langsung diperlukan dalam kawasan maupun yang secara tidak langsung. Dengan berkembangnya ekonomi daerah tersebut, bisa diduga nilai nominal daerah akan meningkat.
Dampak ekonomis yang berikutnya adalah masyarakat sekitar bisa ikut "menikmati" kesuksesan daerah yang sudah dikembangkan. Bisnis-bisnis kecil yang memerlukan infrastruktur namun tidak mamiliki kemampuan dana untuk membangunnya bisa mendompleng infrastruktur yang tersedia sehingga pengembangan bisnis mikro dan kecil sangat dimungkinkan untuk dikembangkan di sekitar kawasan yang dikembangkan tersebut.
Melihat dampak yang luas dari sebuah pengembangan daerah yang didorong oleh semangat untuk memberikan keuntungan bagi khalayak ramai maka sudah seharusnyalah pengembangan properti bukan hanya merupakan kepentingan masyarakat dan pemerintah. Setiap pengembangan properti harus berorientasi untuk menciptakan kesejahteraan dan keuntungan bagi setiap pemegang kepentingan (stakeholer), yaitu ketiga pihak di atas. Seperti ilustrasi di atas, pengembang mendapatkan keuntungan, pelanggan diuntungkan, masyarakat sekitar ikut menikmati dan pemerintah menerima umpan balik dari pajak dan ekonomi yang terus berputar.
Kesuksesan sebuah pengembangan properti yang didorong untuk kessejahteraan masyarakat seperti yang digambarkan di atas sudah terbukti berhasil, seperti halnya proyek pengembangan kawasan Senen. Bagi saudara sekalian yang berumur 50 tahunan ke atas akan mengerti dan membayangkan bagaimana kondisi kawasan ini diawal tahun 60-an. Kawasan Senen adalah kawasan kumuh yang tidak dilirik oleh orang, bahkan banyak mendapat komentar-komentar yang pesimis dan negatif ketimbang sebaliknya. Kawasan ini adalah kawasan kumuh yang waktu itu dikenal sebagai kawasan pencopet, pelacuran, orang miskin, dan seterusnya.
Berbekalkan visi Bung karno dan Pak Soemarno, Gubernur DKI saat itu yang kemudian dilanjutkan oleh Gubernur Ali Sadikin, saya dan pemerintah DKI berimajinasi menjadikan Senen sebagai pusat perbelanjaan modern jakarta, Senen masa depan, senen yang tertib, bersih dan dapat dibanggakan. Impian saya adalah mengubah Senen yang merupakan slump menjadi Senen yang sukses dengan cara menciptakan nilai tambah baru. Saya sadar bahwa usaha untuk mewujudkan imajinasi ini menjadi kenyataan memerlukan kerja keras dan komitmen tinggi. Kejelasan visi sangat diperlukan untuk dapat mengembangkan sebuah usaha yang pada saat itu dipandang sebagai proyek yang imposible oleh kebanyakan orang.
Dalam pembangunan proyek Senen terdapat dua buah tantangan. Tantangan pertama adalah membongkar bangunan lama milik para pedagang yang juga harus disertai dengan penyediaan tempat-tempat tinggal baru serta penampungan toko sementara. Tantangan kedua adalah mengubah kompleks ruko lama menjadi sebuah tempat belanja yang modern. Tantangan ketiga adalah modal yang sangat minim. Ketiga buah tantangan seperti ini di jaman tersebut masih sangat sulit ditangani, apalagi sekitar 40 tahun yang lalu, revitalisasi kawasan belum ada contoh suksesnya. Dengan demikian pada tahun 1962, didirikan PT Pembangunan Jaya yang merupakan sebuah perusahaan patungan sebagai payung korporat yang menaungi proyek besar itu. Pendirinya adalah pemda DKI Jakarta sebagai pemerintah, serta bapak Dasaad, Bapak Hasjim Ning, bapak J.A.D. Massil, Bapak R.A.B. Massil, Bapak Sucipto Amidarmo, Yayasan BNI 1946, Asuransi Bumi Putera, dan saya sendiri.
Bersambung...